Kalawan

yang sekarang nanti terkatakan lampau
merdu suara yang pasti menjelma parau

dekap rindu perlahan jadi jemput kematian
hangat tatapan yang berbayang dingin kebencian

tangan yang berjabat kelak dipakai membabat
kanan pun cepat berlari menuju kepalan kiri

kaki-kaki gerak serempak lalu saling sepak
cinta terserak dipungut berganti sepi paling kabut

oh, sulit sungguh kubaca beda warna pada tubuhmu.

Cemas

kau datang lagi
menarinari tak peduli
di pelupuk mata kanan dan kiri.
pun dendangmu terngiang
memajang riang di hati nan usang.
kau tak pernah sekalipun lekang.

ombak tak lelah menggoyang perahu
angin ikut pula berhembus tak semilir
kau tampak tak pernah mau tahu
menggotongku tak henti ke hulu dan hilir

kapan kau akan angkat kaki?
padahal kini telah kumengerti
cemas, sungguh, tak lebih dari mimpi
yang selalu gagal berkemas menuju pagi

Jatinangor; Oktober 2007

Tidak ada komentar: