Kalawan

yang sekarang nanti terkatakan lampau
merdu suara yang pasti menjelma parau

dekap rindu perlahan jadi jemput kematian
hangat tatapan yang berbayang dingin kebencian

tangan yang berjabat kelak dipakai membabat
kanan pun cepat berlari menuju kepalan kiri

kaki-kaki gerak serempak lalu saling sepak
cinta terserak dipungut berganti sepi paling kabut

oh, sulit sungguh kubaca beda warna pada tubuhmu.

Resume Wawancara Dengan Penyair dan Puisi


lalu para penyair itu membuat kereta puisi
untuk berjalan diatas tubuhnya
yang telah menjelma rel dengan ikhlasnya

terus saja
deretan gerbong lari menderu

aku bayangkan tetesan airmata
cucuran keringat, ceceran darah
alirmengalir tak henti di
sekujur molek rel

kemudian dengan pelan dan pasti
kereta puisi melesat tinggi
meninggalkan penyair yang jadi rel
menempel sendirian di tanah ini

puisi pasti pergi
sebab ia tahu
penyair akan ditarik kembali
tanpa menenteng puisi

Metro, saat mudik 2007

Tidak ada komentar: