Kalawan

yang sekarang nanti terkatakan lampau
merdu suara yang pasti menjelma parau

dekap rindu perlahan jadi jemput kematian
hangat tatapan yang berbayang dingin kebencian

tangan yang berjabat kelak dipakai membabat
kanan pun cepat berlari menuju kepalan kiri

kaki-kaki gerak serempak lalu saling sepak
cinta terserak dipungut berganti sepi paling kabut

oh, sulit sungguh kubaca beda warna pada tubuhmu.

Sebuah Kenangan
Dalam Kereta Ke Selatan Lagi

: Paksi Marga

kita belum kalah
kita belum kalah

angin belum menjelma badai

badan ini hanya butuh
membungkuk sejenak
dan
kepala kita hanya perlu
merunduk sebentar

kita tidak memutar arah
karena kita belum kalah

alir sungai belum lagi beku
deru udara pun tak jua kaku

selama pandang masih setajam panah
yakinlah; kita tak pernah bisa kalah

Jember-Jatinangor-Metro; Oktober 2007

Tidak ada komentar: