Kalawan

yang sekarang nanti terkatakan lampau
merdu suara yang pasti menjelma parau

dekap rindu perlahan jadi jemput kematian
hangat tatapan yang berbayang dingin kebencian

tangan yang berjabat kelak dipakai membabat
kanan pun cepat berlari menuju kepalan kiri

kaki-kaki gerak serempak lalu saling sepak
cinta terserak dipungut berganti sepi paling kabut

oh, sulit sungguh kubaca beda warna pada tubuhmu.

S(el)i(pat)s(ur)a(t)

Baiklah, saya simpan saja semua senja disini. Sungguhlah, saya paham
ia tak kunjung usai ditulis dalam puisi. Entahlah, walau saya
sangat mengerti bahwa matahari membawa cahayanya sendiri.
Selalulah, saya dibikin salah arah ketika mengadu resah.

Kaburlah mata saya—yang kiri dan kanan—saat melipat surat
sebelum dibaca sampai tamat. Punahlah segala tenang saat gundah
merajai arwah tak lekang. Langkah kian goyah. Patahlah tangan.
Tahniah tumpas. Baiklah, saya kian sulit menarah senja dan sejarah

Jember; 02/01/08

Tidak ada komentar: