Perahu Perantau
TAK pernah berlabuh.
Kita jarang mengunduh.
Orang di kampung
nyebut kita pelasuh.
Rumah di pantai
nuduh kita: “Tak bersauh!”.
PADAHAL camar,
asin keringat, matahari
dan kita belum tuntas menari.
Dan ikan-ikan, kerang,
karang masih menyeringai.
Selalu minta dilambai.
LALU layar belum ingin digulung,
jangkar pun tak siap berkarat garam.
Bulan bersinar titahkan terus mendayung.
Badan tak sekarat, ini perahu belum karam.
WALAU diarak ombak,
dibuai badai.
Kita tak ingin berlabuh!
Jember; 03/12/2007
*)Foto oleh Andri Saputra dan Waeti/Borneonews
dicukil dari blog Udo Z Karzi
Kalawan
yang sekarang nanti terkatakan lampau
merdu suara yang pasti menjelma parau
dekap rindu perlahan jadi jemput kematian
hangat tatapan yang berbayang dingin kebencian
tangan yang berjabat kelak dipakai membabat
kanan pun cepat berlari menuju kepalan kiri
kaki-kaki gerak serempak lalu saling sepak
cinta terserak dipungut berganti sepi paling kabut
oh, sulit sungguh kubaca beda warna pada tubuhmu.
yang sekarang nanti terkatakan lampau
merdu suara yang pasti menjelma parau
dekap rindu perlahan jadi jemput kematian
hangat tatapan yang berbayang dingin kebencian
tangan yang berjabat kelak dipakai membabat
kanan pun cepat berlari menuju kepalan kiri
kaki-kaki gerak serempak lalu saling sepak
cinta terserak dipungut berganti sepi paling kabut
oh, sulit sungguh kubaca beda warna pada tubuhmu.
dibubuhkan denyya ketika 14.22
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar